Kelahiran Nabi Ya'qub (AS)
Nabi Ya'qub (AS) lahir sebagai anak kedua dari pasangan Nabi Ishaq (AS) dan istrinya Rebekah. Saudara kembarnya adalah Esau. Sejak dalam kandungan, Ya'qub dan Esau sudah menunjukkan tanda-tanda berbeda dalam karakter dan perilaku mereka.
Suatu ketika, Rebekah merasa khawatir karena kedua anaknya selalu bertengkar di dalam kandungannya. Ketika berdoa kepada Allah untuk memahami apa yang terjadi, Allah memberitahunya bahwa kedua anaknya kelak akan menjadi pemimpin dua bangsa besar yang berbeda, dan yang lebih muda (Ya'qub) akan menjadi pemimpin dari yang lebih tua (Esau).
Kisah Ya'qub dan Esau
Salah satu kisah terkenal yang melibatkan Nabi Ya'qub adalah ketika ia menukar hak kesulungan Esau dengan sepiring sup kacang merah. Esau yang pulang dari berburu dalam keadaan lapar tidak mengindahkan nilai hak kesulungannya dan lebih memilih untuk menukar haknya dengan makanan. Sejak saat itu, Allah memutuskan bahwa Ya'qub yang akan melanjutkan tugas sebagai penerus kenabian, menggantikan posisi Esau.
Nabi Ya'qub Menjadi Israel
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Ya'qub (AS) dikenal dengan nama Israel, yang berarti "hamba Allah" atau "yang berjuang untuk Allah". Dari nama ini lahirlah bangsa Bani Israil, yang merujuk pada keturunan Nabi Ya'qub (AS). Nabi Ya'qub memiliki dua belas anak, yang masing-masing menjadi pemimpin suku-suku Bani Israil.
Nabi Ya'qub dan Anak-anaknya
Nabi Ya'qub (AS) memiliki dua belas anak dari dua istri dan seorang pelayan:
- Leah: Istrinya yang pertama, yang melahirkan enam anak (Ruben, Simeon, Levi, Yehuda, Issachar, dan Zebulon).
- Rahel: Istrinya yang kedua, yang awalnya mandul tetapi kemudian melahirkan dua anak (Yusuf dan Bunyamin).
- Bilhah: Pelayan Rahel, yang melahirkan dua anak (Dan dan Naftali).
- Zilpah: Pelayan Leah, yang melahirkan dua anak (Gad dan Asyer).
Dua belas anak ini membentuk dua belas suku besar yang dikenal dengan sebutan Bani Israil.
(Twelve Tribes of Israil):
1. Reuben
2. Simeon
3. Levi
4. Judah
5. Dan
6. Naphtali
7. Gad
8. Asher
9. Issachar
10. Zebulun
11. Yusuf
12. Benjamin
Kisah Nabi Yusuf (AS) dan Peristiwa Kehilangan
Kisah paling terkenal yang melibatkan Nabi Ya'qub (AS) adalah kisah Nabi Yusuf (AS), anak kesayangan Ya'qub dari istrinya, Rahel. Nabi Yusuf (AS) dikenal dengan kecantikannya dan juga mimpinya yang menggambarkan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi pemimpin yang dihormati.
Anak-anak Nabi Ya'qub (AS) yang lain merasa cemburu dengan perhatian khusus yang diberikan kepada Yusuf. Mereka merencanakan untuk membuang Yusuf ke dalam sumur. Pada akhirnya, Yusuf ditemukan oleh seorang kafilah (rombongan pedagang) dan dibawa ke Mesir, di mana ia dijual sebagai budak.
Nabi Ya'qub (AS) sangat sedih dengan kehilangan Yusuf. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada putranya dan terus menerus merindukannya. Ya'qub merasa sangat terpukul hingga ia mengira matanya menjadi rabun karena banyaknya air mata yang keluar. Ia tetap percaya bahwa Allah akan reunikan kembali dirinya dengan Yusuf, meskipun waktu berlalu begitu lama.
Perjalanan Yusuf ke Mesir dan Kembali Bertemu
Pada suatu masa, ketika bencana kelaparan melanda tanah Kanaan (tempat tinggal Nabi Ya'qub dan keluarganya), saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk membeli makanan. Tanpa mereka ketahui, Yusuf yang sudah dewasa dan menjadi penguasa tinggi di Mesir, berada di sana. Ia mengenali saudara-saudaranya, tetapi mereka tidak mengenali Yusuf.
Setelah beberapa pertemuan yang penuh ujian dan percakapan, Yusuf akhirnya mengungkapkan identitasnya kepada saudara-saudaranya. Ia memaafkan mereka atas perlakuan buruk mereka terhadapnya dan membawa mereka serta ayah mereka, Nabi Ya'qub (AS), ke Mesir untuk hidup bersama dengan aman dan sejahtera.
Nabi Ya'qub (AS) Reunian dengan Yusuf (AS)
Setelah bertahun-tahun berpisah, Nabi Ya'qub (AS) akhirnya dapat bertemu kembali dengan putranya, Yusuf. Ketika Nabi Ya'qub (AS) mendengar kabar bahwa Yusuf masih hidup dan kini berada di Mesir, ia merasa sangat gembira dan akhirnya pindah bersama keluarganya ke Mesir.
Kematian Nabi Ya'qub (AS)
Nabi Ya'qub (AS) akhirnya meninggal dunia setelah hidup cukup panjang dan dipenuhi dengan ujian serta kesabaran. Sebelum meninggal, ia memberikan nasihat terakhir kepada anak-anaknya untuk tetap berpegang pada agama yang benar dan menyembah Allah. Nabi Ya'qub (AS) dimakamkan di Makam Para Nabi di Hebron, yang juga menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi ayahnya, Nabi Ibrahim (AS).
Warisan Nabi Ya'qub (AS)
Nabi Ya'qub (AS) meninggalkan keturunan yang besar melalui dua belas anaknya yang menjadi dua belas suku Bani Israil. Kisahnya, terutama kisah tentang kesabaran, keikhlasan, dan keyakinannya kepada Allah, menjadi contoh yang sangat penting bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen.