Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Nuh

Nabi Nuh adalah salah satu nabi pertama yang diutus Allah kepada umat manusia untuk mengajak mereka kembali kepada jalan tauhid, menyembah Allah Yang Maha Esa. Beliau hidup di tengah masyarakat yang menyembah berhala dan melakukan banyak perbuatan maksiat. Nabi Nuh disebut sebagai salah satu dari Ulul Azmi, yaitu nabi-nabi dengan ketabahan dan kesabaran luar biasa.

Berikut adalah garis keturunan Nabi Adam hingga Nabi Nuh berdasarkan tradisi Islam:

  1. Adam
  2. Syits (Sheth/Seth) bin Adam
  3. Anusy (Enosh) bin Syits
  4. Qinan (Kenan) bin Anusy
  5. Mahlail (Mahalalel) bin Qinan
  6. Yard (Jared) bin Mahlail
  7. Idris (Henoch/Enoch) bin Yard
  8. Mutawasylah (Methuselah) bin Idris
  9. Lamik (Lamech) bin Mutawasylah
  10. Nuh (Noah) bin Lamik

 

Misi Kenabian Nabi Nuh

Allah mengutus Nabi Nuh untuk menyampaikan pesan tauhid kepada kaumnya. Nabi Nuh menyeru mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah. Namun, dakwah Nabi Nuh tidaklah mudah. Kebanyakan dari kaumnya menolak ajaran beliau. Bahkan, mereka mengejek dan menghina Nabi Nuh, menganggapnya gila karena menyeru sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaan mereka.

Seruan Nabi Nuh kepada kaumnya, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
"Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab pada hari yang sangat menyedihkan."
(Surah Hud: 25–26)

 

Kesabaran Nabi Nuh

Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun hanya sedikit yang mengikuti ajarannya. Bahkan, para pemimpin kaumnya semakin keras menolak dengan berkata:
"Kami tidak melihatmu melainkan seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami."
(Surah Hud: 27)

Mereka menolak seruan Nabi Nuh karena kesombongan dan kecintaan terhadap kehidupan duniawi.

 

Perintah Membuat Kapal

Karena kaum Nabi Nuh terus-menerus menolak dakwahnya dan bahkan menghina Allah, maka Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah kapal besar. Kapal ini bukanlah kapal biasa, melainkan kapal yang dibuat atas petunjuk langsung dari Allah untuk menyelamatkan Nabi Nuh, para pengikutnya, dan makhluk-makhluk yang dipilih Allah dari azab besar yang akan datang.

Ketika Nabi Nuh membuat kapal, kaumnya mengejek dan memperolok-oloknya. Mereka berkata:
"Wahai Nuh, apakah kamu membuat kapal di daratan? Apakah kamu bercanda?"

Namun, Nabi Nuh tetap sabar dan terus melanjutkan pekerjaannya sesuai perintah Allah.

 

Banjir Besar

Setelah kapal selesai dibuat, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengajak para pengikutnya naik ke kapal, bersama dengan setiap pasangan makhluk hidup (jantan dan betina) yang telah ditentukan. Tidak lama kemudian, hujan deras mulai turun tanpa henti, air meluap dari bumi, dan banjir besar pun terjadi.

Kaumnya yang menolak seruan Nabi Nuh dihancurkan oleh azab Allah.

Al-Qur’an menggambarkan peristiwa ini:
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan."
(Surah Al-Qamar: 11–12)

 

Anak Nabi Nuh yang Menolak

Salah satu peristiwa memilukan dalam kisah Nabi Nuh adalah ketika salah satu anaknya sendiri, Kan’an, menolak untuk naik ke kapal. Ketika air semakin naik, Nabi Nuh memanggil anaknya dan berkata:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
(Surah Hud: 42)

Namun, anaknya menolak dan berkata bahwa ia akan berlindung di gunung yang tinggi untuk menyelamatkan diri. Nabi Nuh menjawab:
"Tidak ada yang dapat melindungi dari azab Allah pada hari ini."

Akhirnya, anak Nabi Nuh termasuk di antara orang-orang yang tenggelam.

 

Akhir dari Banjir

Setelah banjir besar menghancurkan kaum Nabi Nuh yang durhaka, Allah memerintahkan hujan berhenti, dan air mulai surut. Kapal Nabi Nuh akhirnya berlabuh di Gunung Judi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
"Dan difirmankan: 'Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit (hujan), berhentilah.' Dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan, dan kapal itu pun berlabuh di atas Gunung Judi."
(Surah Hud: 44)

 

Pelajaran dari Kisah Nabi Nuh

  1. Kesabaran dalam Berdakwah:
    Nabi Nuh menunjukkan keteguhan dan kesabaran yang luar biasa meskipun menghadapi banyak tantangan dan penolakan.

  2. Kekuasaan Allah:
    Azab berupa banjir besar menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, termasuk menghukum orang-orang yang membangkang.

  3. Keimanan dan Ketaatan:
    Mereka yang selamat adalah orang-orang yang beriman dan menaati perintah Allah.

Setelah peristiwa banjir besar yang terjadi di masa Nabi Nuh, beliau dan pengikutnya yang selamat tinggal di bumi yang telah disucikan oleh Allah. Dalam tradisi Islam, disebutkan bahwa umat manusia setelah itu berasal dari keturunan Nabi Nuh melalui tiga putranya: Sam (Shem), Ham, dan Yafits (Japheth)

 

1. Putra-Putra Nabi Nuh

  • Sam:
    Menjadi nenek moyang bangsa Arab, Persia, dan Bani Israil (anak-cucu Nabi Ibrahim). Sam dikenal sebagai garis keturunan yang melahirkan para nabi, termasuk Ibrahim, Musa, Isa, hingga Nabi Muhammad SAW.
  • Ham:
    Menjadi nenek moyang bangsa Afrika dan sebagian wilayah Asia.
  • Yafits:
    Menjadi nenek moyang bangsa Kaukasia, Eropa, dan beberapa wilayah Asia Tengah dan Timur.

2. Sam, Garis Keturunan Para Nabi

Garis keturunan nabi-nabi berikutnya berasal dari Sam, putra Nabi Nuh:

  1. Sam bin Nuh
  2. Arfakhsyad bin Sam
  3. Shaleh bin Arfakhsyad
  4. Eber (Hud) bin Shaleh
  5. Peleg bin Eber
  6. Reu bin Peleg
  7. Serug bin Reu
  8. Nahor bin Serug
  9. Tarah (Azar) bin Nahor
  10. Ibrahim (Abraham) bin Tarah

Dari Nabi Ibrahim, keturunan ini terpecah menjadi dua garis utama melalui putranya:

  • Ismail: Menjadi nenek moyang bangsa Arab dan Nabi Muhammad SAW.
  • Ishaq: Melahirkan keturunan Bani Israil dan nabi-nabi seperti Yakub (Israel), Yusuf, Musa, Dawud, Sulaiman, hingga Isa.

3. Penyebaran Keturunan Nabi Nuh

  • Keturunan Ham menetap di wilayah Afrika dan sebagian Asia.
  • Keturunan Yafits tersebar ke wilayah Eropa dan Asia Timur.
  • Keturunan Sam menyebar di Timur Tengah dan menjadi pusat kemunculan nabi-nabi.

Keturunan Nabi Nuh menjadi cikal bakal umat manusia pasca-banjir besar, melanjutkan perjuangan monoteisme yang diajarkan oleh Nabi Nuh.

LANJUT KISAH NABI HUD