Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Harun

Nabi Harun (AS) adalah saudara kandung Nabi Musa (AS) yang diutus oleh Allah untuk membantu Musa dalam menyampaikan risalah kepada Firaun dan Bani Israil. Harun memiliki kelebihan berupa kefasihan berbicara, yang membuatnya menjadi pendamping ideal bagi Musa dalam menghadapi Firaun dan mengajak Bani Israil kembali ke jalan Allah.

 

Latar Belakang Nabi Harun

Harun adalah putra dari keluarga Imran, sama seperti Musa. Ia lebih tua dari Musa dan memiliki kepribadian yang lembut serta bijaksana. Ketika Allah memerintahkan Musa untuk menghadapi Firaun dan menyampaikan ajaran tauhid, Musa meminta kepada Allah agar Harun menjadi pendampingnya:

“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengan dia, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku.”
(QS. Thaha: 29–32)

Allah mengabulkan permintaan Musa, dan Harun diangkat menjadi nabi.

 

Garis Keturunan Nabi Musa dan Harun:

  1. Nabi Ibrahim (Abraham)
  2. Nabi Ishaq (Isaac)
  3. Nabi Yaqub (Jacob/Israel)
  4. Lewi (Levi), salah satu putra Nabi Yaqub
  5. Kehat (Kohath), keturunan Lewi
  6. Amram (Imran), ayah dan Yokhebed, ibu
  7. Miryam, Harun, Musa

 

Keturunan Nabi Harun:

Nabi Harun memiliki beberapa anak, yang dikenal dalam tradisi Yahudi dan Kristen sebagai Eleazar, Ithamar, Nadab, dan Abihu. Dalam tradisi Islam, mereka disebut sebagai pemimpin Bani Israil setelah Harun.

  • Eleazar menjadi imam besar (pendeta) bagi Bani Israil setelah Harun.

 

Keturunan Nabi Musa:

Nabi Musa memiliki dua anak laki-laki dari istrinya, putri Nabi Syu’aib (berdasarkan tafsir yang menyebutkan identitas istrinya sebagai putri Syu’aib):

  • Gershom
  • Eliezer

Namun, anak-anak Musa tidak banyak disebut dalam tradisi Islam, karena fokus kisah Musa lebih kepada misinya sebagai rasul untuk membebaskan Bani Israil dari Firaun.

Miryam adalah saudari Nabi Musa dan Nabi Harun. Dalam tradisi Islam, namanya tidak disebut secara eksplisit dalam Al-Qur'an, tetapi perannya sering diakui dalam kisah-kisah mereka, terutama saat Musa masih bayi. Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, ia dikenal sebagai Miriam dan disebut sebagai tokoh penting dalam sejarah Bani Israil.

 

Peran Miryam dalam Kisah Nabi Musa:

  1. Melindungi Nabi Musa Sebagai Bayi:

    • Ketika Firaun memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki Bani Israil, ibu Musa (Yokhebed dalam tradisi Yahudi) menghanyutkan Musa dalam keranjang di Sungai Nil atas perintah Allah.
    • Miryam, sebagai kakak Musa, diam-diam mengikuti keranjang tersebut untuk memastikan keselamatannya. Ketika keranjang itu ditemukan oleh keluarga Firaun, Miryam menawarkan seorang wanita (ibunya) untuk menyusui bayi itu, sehingga Musa dapat kembali diasuh oleh ibunya sendiri.
  2. Pemimpin Wanita di Bani Israil:

    • Dalam tradisi Yahudi, Miryam dikenal sebagai seorang pemimpin wanita dan nabi perempuan bagi Bani Israil. Ia dihormati karena keberaniannya dan perannya dalam membimbing kaum Bani Israil selama perjalanan mereka di padang pasir.
  3. Miryam dan Penyediaan Air:

    • Dalam beberapa tradisi, disebutkan bahwa keberadaan Miryam membawa keberkahan bagi Bani Israil. Salah satu keajaiban yang dikaitkan dengannya adalah sumur Miryam, yang menyediakan air selama perjalanan di padang pasir.

 

Kaitan dengan Tradisi Islam:

Dalam tradisi Islam, meskipun nama dan peran Miryam tidak disebutkan secara langsung, kisah tentang kakak Musa yang mengawasi keranjang Musa di Sungai Nil diabadikan dalam Al-Qur'an:
"Dan berkatalah saudara perempuan Musa, 'Maukah aku tunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?' Maka Kami mengembalikan Musa kepada ibunya, agar hatinya senang dan tidak bersedih hati..."
(Surat Al-Qasas: 11-13)

 

Kesalahpahaman tentang Miryam:

Dalam Al-Qur'an, nama "Maryam" disebutkan sebagai ibu Nabi Isa (Mary, the mother of Jesus). Namun, Maryam (ibu Isa) dan Miryam (saudari Musa) adalah dua tokoh yang berbeda dalam rentang waktu dan peran mereka. Miryam hidup jauh sebelum Maryam, dengan garis keturunan mereka sama-sama berasal dari Nabi Ibrahim.

 

Misi Harun kepada Firaun

Musa dan Harun diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun, seorang raja Mesir yang zalim dan mengaku dirinya sebagai tuhan. Allah memerintahkan keduanya untuk menyampaikan pesan-Nya dengan lemah lembut:

“Maka pergilah kamu berdua kepada Firaun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.”
(QS. Thaha: 43–44)

Dalam pertemuan dengan Firaun, Musa menunjukkan mukjizat seperti tongkat yang berubah menjadi ular besar dan tangan bercahaya. Namun, Firaun tetap sombong dan menolak ajaran Musa dan Harun.

 

Peran Harun dalam Penyembahan Anak Sapi

Ketika Musa pergi ke Gunung Sinai selama 40 hari untuk menerima wahyu berupa Taurat, Harun ditugaskan untuk menjaga Bani Israil. Namun, dalam masa itu, seorang bernama Samiri membuat patung anak sapi dari emas yang dikumpulkan dari kaum Bani Israil. Banyak dari mereka kemudian menyembah patung tersebut.

Harun mencoba mencegah mereka dengan berkata:

“Wahai kaumku! Sesungguhnya kalian sedang diuji dengan anak sapi itu, dan sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.”
(QS. Thaha: 90)

Namun, mereka menolak dan bahkan mengancam Harun:

“Kami tidak akan berhenti menyembahnya sampai Musa kembali kepada kami.”
(QS. Thaha: 91)

Ketika Musa kembali dan melihat perbuatan mereka, ia sangat marah. Musa menegur Harun dengan keras, bahkan menarik janggut dan rambutnya. Harun menjelaskan bahwa ia telah berusaha menghentikan perbuatan mereka, tetapi khawatir jika tindakannya akan menyebabkan perpecahan di kalangan Bani Israil.

 

Kedudukan Harun di Mata Allah

Harun adalah seorang nabi yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah. Allah menyebutkan Harun bersama Musa sebagai hamba-hamba yang diberi rahmat:

“Dan Kami telah menganugerahkan rahmat Kami kepada Musa dan Harun.”
(QS. Ash-Shaffat: 114)

Ia dikenal sebagai pemimpin yang lembut dan penuh kasih sayang terhadap kaumnya, meskipun menghadapi banyak cobaan dan pembangkangan dari mereka.

 

Wafat Nabi Harun

Menurut tradisi, Nabi Harun wafat sebelum Nabi Musa. Ia meninggal di Gunung Hor, yang terletak di dekat Petra, Yordania. Tempat tersebut hingga kini dianggap sebagai makam Nabi Harun.

 

Hikmah dari Kisah Nabi Harun

  1. Persaudaraan yang Kuat: Nabi Harun dan Musa menunjukkan pentingnya kerja sama dalam menjalankan misi dakwah.
  2. Kesabaran dalam Menghadapi Umat: Nabi Harun tetap sabar meskipun kaumnya kerap membangkang dan menyembah berhala.
  3. Keteguhan pada Kebenaran: Harun tidak menyerah dalam menyampaikan kebenaran, meskipun menghadapi ancaman dan tekanan.

Kisah Nabi Harun mengajarkan nilai-nilai kesabaran, kepemimpinan yang bijaksana, dan kerja sama dalam menjalankan amanah Allah. Ia adalah teladan bagi umat manusia dalam menghadapi tantangan dengan keteguhan dan kasih sayang.

LANJUT KISAH NABI ZULKIFLI