Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Ismail

Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Ismail

Nabi Ismail (AS) adalah anak pertama dari Nabi Ibrahim (AS) dan Hajar (atau Hagar). Hajar adalah istri kedua Nabi Ibrahim setelah Sarah, yang tidak dikaruniai anak selama bertahun-tahun. Ketika Sarah mengetahui bahwa ia tidak bisa memiliki anak, ia memberi Hajar kepada suaminya sebagai istri kedua untuk mendapatkan keturunan. Dari pernikahan ini lahir Nabi Ismail.

Setelah kelahiran Nabi Ismail, Sarah akhirnya juga dikaruniai anak, yaitu Nabi Ishaq (AS), dan dari Ishaq lahir Nabi Ya'qub (AS).

 

Pengujian Nabi Ibrahim dengan Anak Tercinta

Salah satu ujian terbesar yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim adalah ketika Allah memerintahkan kepadanya untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Meskipun perintah tersebut sangat berat, baik Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail menunjukkan ketundukan yang luar biasa kepada Allah.

Nabi Ibrahim (AS) mengabarkan perintah ini kepada Nabi Ismail (AS), dan Ismail menjawab dengan penuh keikhlasan:

"Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar." (QS. As-Saffat 37:102)

Ketika Nabi Ibrahim dan Ismail sudah bersiap melaksanakan perintah Allah, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba yang dikirim oleh Allah untuk disembelih sebagai ganti, setelah melihat kesabaran dan ketundukan keduanya. Peristiwa ini diperingati dalam tradisi Islam sebagai Eid al-Adha, hari raya kurban.

 

Pembangunan Ka'bah

Setelah peristiwa ujian tersebut, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun Ka'bah, rumah ibadah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Adam (AS) di Makkah.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bekerja sama untuk membangun Ka'bah dengan penuh kehormatan dan pengabdian kepada Allah. Mereka berdoa agar Ka'bah menjadi tempat yang aman dan diberkahi bagi umat manusia yang datang untuk beribadah:

"Ya Tuhan kami, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2:127)

Selain itu, Nabi Ibrahim juga memohon agar Makkah menjadi tempat yang aman dan penuh berkah bagi orang-orang yang beriman.

 

Peristiwa dengan Air Zamzam

Setelah pembangunan Ka'bah, Nabi Ibrahim (AS) diperintahkan untuk meninggalkan isterinya, Hajar, dan putranya, Nabi Ismail, di lembah Makkah yang tandus dan tidak berair. Meskipun tempat itu sangat keras dan tidak ada kehidupan, Nabi Ibrahim mengikuti perintah Allah.

Setelah beberapa waktu, persediaan air dan makanan habis. Hajar mulai mencari air untuk anaknya yang kehausan dengan berlari antara bukit Safa dan Marwah, yang kemudian dikenal dengan ritual Sa’i saat ibadah haji. Setelah berlari tujuh kali, air muncul dari tempat Nabi Ismail menginjak tanah, yang kemudian dikenal sebagai Zamzam, air yang sangat penting dalam ibadah haji.

Zamzam kemudian menjadi sumber kehidupan dan mengundang banyak suku untuk datang menetap di daerah tersebut, dan akhirnya Makkah menjadi tempat yang makmur.

 

Nabi Ismail Sebagai Nabi

Nabi Ismail (AS) tumbuh besar di antara bangsa Arab dan dikenal sebagai seorang nabi yang meneruskan ajaran tauhid dari ayahnya, Nabi Ibrahim (AS). Dia juga dikenal sebagai seorang yang sangat sabar, setia, dan taat kepada Allah. Ketika ia sudah dewasa, ia melanjutkan dakwah tauhid kepada kaumnya, mengajarkan pentingnya menyembah Allah dan menjauhi penyembahan berhala.

 

Keturunan Nabi Ismail

Nabi Ismail (AS) merupakan leluhur langsung dari Nabi Muhammad (SAW), yang merupakan keturunan dari bangsa Arab. Banyak suku Arab yang berasal dari keturunan Nabi Ismail (AS), termasuk suku Quraish, yang merupakan suku tempat Nabi Muhammad lahir.

 

Kematian Nabi Ismail

Nabi Ismail (AS) meninggal pada usia yang cukup tua, namun tidak banyak detail mengenai tempat dan waktu kematiannya. Namun, ia dikenal sebagai seorang nabi yang penuh kesabaran dan pengabdian kepada Allah, serta menjadi bagian penting dari sejarah umat manusia. 

LANJUT KISAH NABI ISHAQ