Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Ayub

Kehidupan Nabi Ayub (AS)

Nabi Ayub (AS) adalah keturunan dari Nabi Ibrahim (AS), meskipun ada beberapa riwayat yang berbeda dalam hal garis keturunan yang lebih rinci. Menurut beberapa sumber, Ayub (AS) termasuk dalam keturunan Esau, yang merupakan saudara kembar dari Ya'qub (AS) (dalam Al-Qur'an dikenal sebagai Yakub). Esau adalah anak dari Ibrahim (AS) melalui istri kedua, Hajar, sementara Ya'qub adalah anak dari Ishaq (AS), anak Nabi Ibrahim dari istrinya Sarah.

Jadi, secara garis besar, Nabi Ayub (AS) adalah bagian dari keturunan Nabi Ibrahim (AS), dan ia termasuk dalam keluarga para nabi yang berasal dari keturunan Ibrahim, meskipun riwayat keturunan secara tepat bervariasi dalam beberapa sumber sejarah.

 

Ujian Berat dari Allah

Nabi Ayub (AS) adalah seorang nabi yang sangat kaya raya, memiliki banyak harta, tanah, ternak, dan anak-anak. Ia sangat dihormati dan dikenal sebagai orang yang sangat saleh dan taat beribadah. Ia sering memberi sedekah kepada orang miskin dan membantu mereka yang membutuhkan.

Hal ini, membuat iblis merasa iri dan dengki, ia tidak suka ada manusia yang begitu sholehnya, iblis pun berniat membuat Nabi Ayyub menjadi sesat. Iblis terus mencoba menggoda keimanan Nabi Ayub agar tersesat dan ingkar juga tidak bersyukur kepada Allah SWT.

Namun ternyata iblis gagal, iblis pun tidak menyerah, ia dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Nabi Ayub. Semua ternaknya mati, ladangnya rusak, dan rumah-rumahnya hancur. Tidak hanya itu, Allah juga menguji Ayub dengan penyakit yang sangat parah. Tubuhnya penuh dengan borok dan luka, dan ia tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Bahkan, orang-orang mulai menjauhinya karena bau busuk dari tubuhnya yang sakit.

Selain itu, Nabi Ayub juga kehilangan anak-anaknya dalam satu kejadian yang tragis. Semua anak-anaknya meninggal dalam waktu yang singkat. Meskipun begitu, Nabi Ayub (AS) tetap sabar dan tidak mengeluh, karena ia tahu bahwa segala sesuatu adalah ujian dari Allah.

 

Kesabaran Nabi Ayub (AS)

Selama ujian yang sangat berat ini, Nabi Ayub (AS) tetap sabar. Ia tidak mengeluh atau menyalahkan takdir. Bahkan, ketika teman-temannya datang dan mengatakan bahwa penderitaannya adalah akibat dosa-dosanya, Nabi Ayub (AS) tetap tidak membalas mereka dengan kemarahan. Ia terus berdoa kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.

Ayub (AS) juga berdoa kepada Allah dengan penuh ketulusan:

"Sesungguhnya aku telah ditimpa musibah, dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Surah Al-Anbiya 21:83)

Suatu hari, Rahmah hendak membeli bahan makanan dan Ia pun pergi keluar, ternyata saat itu Nabi Ayub sedang membutuhkannya, berkali-kali Nabi Ayub memanggil istrinya, tapi tak ada sahutan dari istrinya itu.

Nabi Ayub merasa kesal, terbesit dalam benak beliau bahwa Rahma sengaja pergi meninggalkannya beliau. Nabi Ayub lantas bersumpah akan memukul Rahma 100 kali, jika ia kembali nanti.

 

Doa dan Pertolongan Allah

Nabi Ayub (AS) berdoa kepada Allah untuk kesembuhan dan meminta Allah menghapuskan penderitaannya. Allah mendengar doa Nabi Ayub dan memberi perintah agar Ayub memukul tanah dengan kakinya, dan dari tempat itu muncul mata air yang sangat menyegarkan. Ayub (AS) mandi dengan air tersebut dan segera sembuh dari penyakitnya.

Rahmah akhirnya pulang dan betapa terkejutnya Iya ketika melihat suaminya sudah sembuh, dan ia juga meminta maaf, karena telah hampir kehilangan kesabaran dalam merawat Nabi Ayub yang sakit.

Nabi Ayub pun memaafkannya, dan bercerita bahwa ia telah terlanjur bersumpah untuk memukul Rahmah. Beliau sangat bingung, karena dalam benaknya beliau tidak tega untuk menyakiti istrinya yang sangat setia itu. Akhirnya turunlah perintah Allah SWT untuk mengambil seratus helai rumput, kemudian mengikatnya dan memukulkan dengan pelan.

Selain itu, Allah juga mengembalikan harta benda Ayub yang hilang dan memberinya anak-anak yang baru. Allah memberikan berkat yang lebih banyak daripada yang dimiliki Ayub sebelumnya.

 

Hikmah dari Kisah Nabi Ayub (AS)

Kisah Nabi Ayub (AS) mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Ayub tidak pernah berputus asa meskipun dalam keadaan yang sangat sulit. Ia tetap berdoa, bertawakal, dan bersabar, serta tidak pernah kehilangan keimanan kepada Allah. Allah memberikan balasan yang lebih baik setelah Ayub melewati ujian-Nya dengan kesabaran dan ketabahan.

Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa ujian dan cobaan dalam hidup adalah bagian dari takdir Allah, dan kita harus menghadapinya dengan sabar dan selalu berharap pada pertolongan-Nya.

LANJUT KISAH NABI SHUAYB